Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!

Selama ini, menurut Suryadharma, penghitungan tersebut seringkali menjadi perdebatan di kalangan ormas Islam maupun pemerintah.
"Kedua cara itu jadi perhatian, sebab akurasinya kadang diragukan. Ada pemikiran agar kriteria-kriteria bisa disepakati karena memang prinsip dasar otoritas yang mengambil keputusan kapan tanggal-tanggal itu ditetapkan, batas wilayah, dan kriteria," ujar Suryadharma seusai memimpin sidang itsbat di Gedung Kementrian Agama, Jakarta, Minggu (31/7/2011) malam.
Penentuan penghitungan tersebut seringkali menjadi perbedaan karena dua ormas Islam terbesar di Indonesia, Nadhlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, memiliki metode tersendiri dalam menentukan awal puasa.
NU menggunakan metode rukyat yaitu dengan melihat hilal (bulan) namun tetap berpedoman pada perhitungan hisab, sedangkan Muhammadiyah menggunakan metode hisab.
Peluang terjadinya perbedaan penentuan awal puasa karena hingga saat ini posisi ketinggian hilal diperkirakan kritis atau dengan kata lain sulit dilihat sehingga belum bisa dipastikan kapan jatuhnya awal bulan Ramadhan.
"Otoritas (pemerintah) dan batas wilayah sudah tidak ada masalah. Tinggal kriteria yang perlu disamakan, agar ke depan tidak ada perbedaan," jelas Suryadharma.
Oleh karena itu, lanjut Suryadharma, untuk mempersatukan pandangan itu, pihaknya akan mengupayakan dialog dengan beberapa ormas Islam besar di Indonesia. "Dan ini akan kami lakukan sampai pada titik temu yang disepakati," kata dia.
Tahun ini tidak ada perbedaan penetapan 1 Ramadhan antara pemerintah dan beberapa organisasi Islam.Hal itu karena posisi hillal (bulan) terlihat dan terhitung sangat signifikan dari batas 0 hingga tiga derajat yang selama ini dijadikan patokan penghitungan hisab dan rukyah.
Laporan Badan Hisab Rukyat (BHR) Kementrian Agama, data hisab yang dihimpun dari berbagai sumber menunjukkan bahwa ijtima' terjadi pada hari Minggu, 31 Juli 2011, sekitar pukul 01.40 WIB dini hari.
Pada saat matahari terbenam, hilal berada di atas ufuk dengan ketinggian 6,36 derajat dengan umur kekuatan selama 16 jam 11 menit 8 detik.
"Ormas-Ormas Islam juga telah melakukan rukyah di berbagai titik di tanah air. Alhamdulillah telah diketahui ketinggian hilal di atas ufuk antara empat derajat 50 menit sampai enam derajat 55 menit. Oleh karena itu, sidang Itsbat ini telah menyepakati 1 Ramadhan jatuh pada 1 Agustus 2011. Kita sangat bersyukur, tidak terjadi perbedaan melalui hisab," kata Suryadharma.
Source : kompas
--
Source: http://www.newsterupdate.com/2011/08/mendamaikan-rukyah-dan-hisab.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar