Jumat, 29 Juli 2011

Lagi, TKI Ilegal Pulang Lewat Jalur Maut

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
Batam, Indonesia (News Today) - Sebanyak 85 tenaga kerja Indonesia tak berdokumen dan seorang anak perempuan berumur tiga tahun pulang dari Malaysia menuju Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, lewat jalur tikus yang berbahaya. Kapal fiber pengangkut rombongan tertangkap kapal patroli keamanan laut Pangkalan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Batam saat memasuki perairan Batam, Rabu (27/7/2011) dini hari.

Saat ini mereka masih ditampung di Pos Pembantu TNI-AL di Sei Jodoh, Kota Batam. Rombongan tenaga kerja Indonesia (TKI) tersebut terdiri atas 71 pria dan 14 perempuan. Usianya rata-rata berkisar mulai 20 tahun sampai dengan 55 tahun. Mereka antara lain berasal dari Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, dan Sulawesi. Dari 13 perempuan, seorang di antaranya tengah mengandung enam bulan. Adapun anak perempuan berusia tiga tersebut adalah anak salah seorang TKI dalam rombongan.

Menurut Rokhmat (25), TKI asal Pamekasan, rombongan berangkat dari pantai di Johor, Malaysia, Selasa tengah malam. Untuk mencapai kapal cepat yang akan membawa mereka ke Batam, rombongan harus berjalan kaki terlebih dahulu sekitar 200 meter dari daratan ke tengah. Kapal menunggu pada lokasi yang air lautnya setinggi pusar orang dewasa.

Selama perjalanan, sebagaimana dituturkan Midi (21), TKI asal Lumajang, gelombang laut tinggi. Air laut pun banyak masuk ke dalam kapal terbuka itu sehingga rombongan dan seluruh tas mereka basah kuyup.

Pada keterangan persnya, Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (lanal) Batam Kolonel Iwan Isnurwanto, menyatakan, jalur tikus yang ditempuh TKI tersebut amat berbahaya. Pasalnya, kapal pengangkut sama sekali tak dilengkapi sistem keselamatan dan peralatan navigasi standar seperti alat penerangan, pelampung, dan kompas.

"Bayangkan, 85 orang harus berdesakan di kapal sekecil itu. Tidak dilengkapi alat navigasi dan keselamatan lagi," kata Iwan.

Kapal pengangkut rombongan TKI tersebut menggunakan tiga mesin tempel, masing-masing berkapasitas 200 pk. Panjangnya 9 meter dan lebarnya 2 meter. Dengan ukuran tersebut, 85 penumpang ditambah seorang agen dan tiga kru kapal harus berjejalan di dalamnya.

Berdasarkan keterangan para TKI, untuk sampai Batam, ongkosnya 350 ringgit. Jika ingin sampai ke Surabaya via Batam, ongkosnya 700 ringgit. Ongkos tersebut ditarik agen di Malaysia. Sementara di atas kapal cepat, tekong menarik lagi ongkos 300 ringgit per orang.

Sejumlah TKI mengaku, jalur tikus ditempuh karena paspor mereka hilang, ditahan agen di Malaysia, atau habis masa berlakunya. Sebagian di antaranya, dulu masuk ke Malaysia lewat jalur resmi.

Sementara itu, tiga kru kapal dan tekong pembawa rombongan TKI tersebut telah dan masih diperiksa Lanal Batam. Adapun rombongan TKI masih diinapkan di Pos Pembantu TNI-AL di Sei Jodoh, Batam. Mereka dilarang pergi meninggalkan pos.

Pada 1 Juni, kapal cepat pengangkut 24 TKI tak berdokumen tenggelam di Selat Singapura saat berlayar dari Johor menuju Batam. Sebanyak tujuh orang di antaranya tewas dalam peristiwa tersebut. Jalur tikus, meski berisiko, masih banyak dipilih karena lebih cepat dan praktis dibanding jalur resmi yang masih syarat pungutan liar dan dianggap lebih mahal.

Source : kompas

noreply@blogger.com (News Today) 30 Jul, 2011


--
Source: http://www.newsterupdate.com/2011/07/lagi-tki-ilegal-pulang-lewat-jalur-maut.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar