Sabtu, 06 Agustus 2011

Beda Bahasa, Ya Beda Nulisnya...

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
Wisatawan asing berjalan kaki menuju obyek wisata Taman Sari, Yogyakarta, Jumat (29/7/2011). Kunjungan ke Taman Sari dan Keraton Yogyakarta yang berada di dekatnya menjadi salah satu agenda yang jarang dilewatkan wisatawan asing saat berwisata di Yogyakarta.

Jakarta, Indonesia (News Today) - Sebagai situs resmi pariwisata Indonesia yang dikelola Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, www.indonesia.travel hadir dalam dwi bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Menurut Kasubdit Promosi Elektronik Kemenbudpar, Ratna Suranti sejak awal pihaknya memang sudah menyasar wisatawan asing.

"Sebetulnya dari awal kami sudah menyasar wisatawan asing, karena informasi online justru berkembang dari negara-negara wisatawan asing tersebut. Idealnya malah berbahasa negara-negara pasar," katanya kepada Kompas.com, Selasa (2/8/2011). Oleh karena itu, ke depan pihaknya akan menambah bahasa-bahasa asing lainnya di www.indonesia.travel.

"Antara Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia itu beda, market-nya juga beda. Keinginan tiap orang dari dua bahasa ini berbeda. Misalnya menulis tentang Malang, pada umumnya orang Indonesia tahu Malang. Tapi kalau kita bicara ke orang Rusia misalnya. Kan belum tentu dia tahu, jadi harus dijelaskan terlebih dahulu Malang itu kota seperti apa," jelas Web Chief Editor (English) www.indonesia.travel, Wuryastuti Sunario.

Sehingga, lanjutnya, cara penulisan dwi bahasa yang diterapkan dalam situs tersebut pun berbeda. Jadi, walaupun sudut penulisan sama, namun ditulis dengan cara yang berbeda. "Jadi tidak pasti sama sebagai penerjemahan. Untuk Bahasa Inggris kita tulis seperti kita sedang bicara dengan orang asing. Kalau dengan Bahasa Indonesia kita seperti sedang bicara pada orang Indonesia," kata Wuryastuti yang akrab dipanggil Tuti.

Menurut Tuti, salah satu keterbatasan Kemenbudpar adalah tidak bisa berjualan. Hal ini disebabkan adanya aturan bahwa sebagai lembaga pemerintah tidak boleh berjualan. Sementara itu, lanjut Tuti, pariwisata erat kaitannya dengan harga. "Ini yang susah. Bagaimana kita berkompetisi dengan negara lain, situs-situs pariwisata negara lain, kalau tidak kita cantumkan harga," ungkapnya.

Sebagai contoh untuk situs resmi pariwisata Singapura dan Malaysia, kedua negara tersebut mencantumkan harga paket-paket wisata dari pihak swasta maupun maskapai penerbangan. "Ini di website Indonesia tidak bisa, karena ada aturan tersebut," tutur Tuti. Sebagai solusi masalah tersebut, pihaknya mengakalinya dengan hyperlink ke situs-situs industri pariwisata.

"Kita akali dengan link hotel-hotel, travel agent, atau airlines. Misalnya tulis tentang Sorong, hotelnya ini dan ini. Jadi pengungjung bisa ke website lain dan bisa terjadi transaksi di daerah. Tidak selalu Jakarta melulu atau industri yang besar-besar saja. Daerah pun berkembang dan bisa bisnis langsung, yaitu dengan transaksi melalui website. Ini balik lagi ke industri itu, bisa online booking apa gak," jelas Tuti.

Ia mengakui adanya respon yang baik dari operator-operator kecil terutama yang di daerah di luar Pulau Jawa. Hal ini membuka kesempatan untuk UKM dari bidang pariwisata yang kurang kuat untuk bisa berjualan. Sementara operator besar masih kurang dalam memberi respon untuk bekerjasama dengan www.indonesia.travel.

"Kami inginnya operator mencantumkan harga. Namun mereka sepertinya tidak mau memberikan harga, karena takut saingan. Jadi sejauh ini kita hanya sampai mencantumkan link saja. Kita mengharapkan ASITA dan industri lainnya ikut memeriahkan hal ini. Misalnya dalam rangka Visit Lombok, biro perjalanan bisa memberi harga paket khusus. Cuma ini masih susah di Indonesia, mereka masih belum siap untuk persaingan," kata Tuti.

Source : kompas

noreply@blogger.com (News Today) 07 Aug, 2011


--
Source: http://www.newsterupdate.com/2011/08/beda-bahasa-ya-beda-nulisnya.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar