Minggu, 19 Juni 2011

Daryati Merawat Sendiri Luka-lukanya

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
Kondisi kaki Daryati, Selasa (14/6/2011). Daryati adalah korban kecelakaan Kopaja 63 di Tanjung Barat, Jakarta Selatan lima bulan lalu. Empat pen eksternal masih menyangga tulang paha hingga tulang kakinya. Bekas-bekas transplantasi kulitnya pun masih berpotensi terinfeksi.Jakarta, Indonesia (News Today) - Setelah dirawat selama dua bulan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan, sejak 26 Maret 2011, Darwati (39) kembali ke rumahnya dan merawat sendiri luka-lukanya."Saya menggunakan obat-obatan herbal, memasang dan mengganti sendiri perban luka-luka," ujar Daryati kepada Kompas.com di kediamannya, Kompleks PU-Binamarga 09/102, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Selasa (14/6/2011).Tindakan Ary, sapaan Daryati, terbilang riskan. Pasalnya, sejak kecelakaan yang terjadi pada bus Kopaja 63 yang ditumpanginya, Minggu (16/1/2011), sebagian besar tulang di kaki kanannya remuk. Pihak rumah sakit memasang empat pen eksternal dan sebagai penyangga sementara, serta sebuah pen lainnya di dekat sendi di bawah lutut.Tidak hanya itu, sebagian daging di area tersebut hilang. "Tim dokter melakukan transplantasi. Mereka mengambil daging dan kulit dari bagian paha atas dan menempelkan ke beberapa bagian (daging) yang hilang," kisah Ary.Bekas-bekas luka dan jahitan sempat mengalami infeksi karena kurangnya perawatan medis yang memadai. Ary sadar sepenuhnya terhadap masalah tersebut. Luka-lukanya sempat bernanah. Hal itu mungkin karena perawatan dan lingkungan yang kurang bersih."Tapi, ya mau gimana lagi? Kalau harus ke rumah sakit, biaya yang keluar makin besar," tutur karyawan PT Akses Tanjung Priok ini.Menurutnya, dia berusaha setelaten mungkin membersihkan luka dan bekas-bekas operasi dua kali sehari. Walau demikian, luka bernanah masih terlihat. "Tempat sambungan pen juga sering mengeluarkan darah kalau terjadi gerakan," ujar Ary.Granulasi atau pertumbuhan kulit baru di bekas luka berjalan lambat dan kerap bermasalah. Kulit-kulit transplantasi berbaur dengan luka lama sempat menghitam. Oleh karena itu, Ary berusaha memperketat aturan terhadap jenis makanan yang diasup. Dia juga mengandalkan obat herbal untuk menghindari efek samping yang membahayakan."Saya takut kalau sampai infeksi. Kaki saya bisa diamputasi," tutur mahasiswi semester tiga kelas karyawan Universitas Pancasila, Depok, ini.Gangguan fisiknya tidak hanya itu. Kaki kanannya tidak menapak layaknya kaki normal. Telapaknya terkulai lurus ke bawah. Urat-urat di bawah telapak kaki menggumpal di bagian tengah telapak.Yang paling parah, pergelangan kaki kirinya ternyata mengalami retak. Dia menuturkan, hal itu baru diketahuinya kemudian karena rasa nyeri yang dirasakan. Sayangnya, hal itu belum mendapat perhatian dan perawatan dokter di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.Untuk menangani gangguan-gangguan tambahan itu, ia menggunakan jasa tukang pijat tradisional, sebagaimana terlihat siang kemarin. "Yang penting bisa ditangani. Kalau harus menjalani rawat jalan, dengan kondisi tidak bekerja, saya harus bayar pakai apa?" ungkap Ary.
Source : kompas

noreply@blogger.com (News Today) 20 Jun, 2011


--
Source: http://www.newsterupdate.com/2011/06/daryati-merawat-sendiri-luka-lukanya.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar