Kamis, 21 Juli 2011

Ekonomi Indonesia Tidak "Overheating"

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
ilustrasi

Jakarta, Indonesia (News Today) - Chief Executive Officer Securities and Fund Services Neeraj Sahai mengatakan, masih banyak ruang bagi pasar modal Asia—dan tentu saja Indonesia—untuk bertumbuh. Mengutip pendapat Ray Prasad, Senior Portfolio Manager Batterymarch, Sahai menjelaskan, "Indonesia offers Chinese-style growth prospects".

Demikian dikatakan Sahai saat berbicara di dalam The 7th Annual Capital Market Update 2011, Selasa (19/7/2011) di Jakarta.

Menurut pengamat ekonomi Aviliani, tak ada itu overheating perekonomian Indonesia. "Indonesia masih akan tumbuh, apalagi tak seperti India dan China, belum ada investasi besar-besaran di infrastruktur," kata Aviliani.

Lambatnya pertumbuhan infrastruktur dan basis sumber daya alam yang besar menyebabkan Indonesia sebagai negara berkembang yang belum overheating. "Jadi, kita itu belum overheating," tegas Aviliani.

Terkait hal ini, ia menyebutkan kajian IMF, yang menyebutkan bahwa Cina dan India sudah mengalami hal ini. China sudah menarik pajak yang tinggi untuk aliran modal masuk. Hal ini dilakukan karena cadangan devisanya telah mencapai 2,7 triliun dollar AS.

"Makanya ada arus keluar dari Cina. Mau tak mau larinya ke Indonesia. Mengapa karena di India (pun) inflasi sudah sampai 8,89 persen," sebut dia. Dengan kondisi yang belum panas ini, ia mengatakan, bursa efek perlu bersiap untuk menerima aliran dana asing yang akan banyak masuk ke depannya.

Kondisi yang terjadi di Indonesia memang terbalik dengan kedua negara tersebut. Cina dan India justru telah melakukan investasi besar-besaran sejak 8-10 tahun yang lalu. Sementara, Indonesia cukup lamban dalam pertumbuhan sektor riilnya.

Sementara itu, Amerika dan Eropa tidak mengalami proses pemulihan secepat yang diperkirakan. Hal ini akan menambah derasnya aliran modal masuk ke Indonesia. Bahkan, ia menuturkan, rupiah akan menguat dalam empat tahun ke depan karena pemulihan di negara-negara tersebut akan berlangsung lama. Dengan demikian, ia menuturkan, "Kalaupun inflasi, (itu) bukan karena kebijakan moneter, atau uang beredar, tapi karena distribusi."

Menurut Aviliani, supaya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melejit, investasi harus disalurkan ke sektor riil. "Belilah mesin industri, dan pasarkan ke dalam negeri supaya pertumbuhannya berkelanjutan," ujarnya.

Dari awal tahun hingga 8 Juli 2011, IHSG pun tertinggi di Asia mencatatkan kinerja 8,11 persen, sementara bursa efek Malaysia 4,99 persen, Korea 6,31 persen, sebaliknya Shenzhen turun 6,92 persen.

Source : kompas

noreply@blogger.com (News Today) 22 Jul, 2011


--
Source: http://www.newsterupdate.com/2011/07/ekonomi-indonesia-tidak-overheating.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar